My Coldest CEO

8| Shopping Center



8| Shopping Center

0"Tuh kan katanya mau makan junk food, ish!"     

"Aku kan laper mau makan burger, tau!"     

"Ya pokoknya aku mau burger!"     

"Kan udah lama juga aku gak makan burger, iya gak sih? Mau makan itu ih,"     

Pusing mendengarkan Azrell yang keras kepalanya melewati batu itu pun membuat Leo langsung saja membelokkan langkahnya untuk masuk ke dalam kedai kopi. Ia langsung saja pergi ke kasir untuk melihat-lihat menu kopi, Caramel Macchiato menjadi pilihannya untuk hari ini.     

Setelah merasa konfirmasi keinginan pesanannya sudah besar, ia langsung saja memundurkan tubuhnya supaya orang lain bisa memesan setelahnya. Berdiri di tepi, bersama dengan seorang wanita yang sibuk membaca buku. Dan ya, tentu saja ia tidak peduli akan hal itu.     

Ingin menunggu di kursi pun dirinya malas karena hanya mampir membeli kopi saja, nanti juga dirinya akan jalan ke lain tempat untuk memenuhi keinginan sang kekasih. Ngomong-ngomong soal kekasih, kedua matanya melihat ke arah pintu lalu di sana terlihat sosok Azrell yang memegang paper bag belanjaannya dengan raut wajah sebal.     

Lihat seberapa lucunya wanita itu.     

Setelah di rasa Azrell berhenti tepat di hadapannya, Leo langsung saja menangkup pipi tirus itu. "Masih mau ngedumel lagi, iya?" tanyanya dengan tatapan yang sangat lembut. Bahkan ia kini tidak peduli karena sudah menjadi topik obrolan para wanita yang berada di dalam sini. Melihat cara memperlakukan Azrell yang begitu lembut menjadikan hati mereka bergetar iri karena ingin berada di posisi wanita tersebut.     

Azrell mendengus, lalu menghentakkan kakinya karena sebal. "Tapi jangan tinggalkan aku juga, bagaimana kalau ada laki-laki lain yang nanti menculik ku?"     

"Ya tinggal kasih saja ATM saya yang berada di tas kamu, setelah itu sudah pasti dia akan membebaskan kamu."     

"Ih jadi kamu mau kalau aku di culik? Jahat banget sih malah mikir kayak gitu, huh!"     

"Gak mau lah, nanti siapa yang teror ponsel saya sampai terdengar suara yang berisik lagi?"     

"Sudah di spam juga kamu cuma balas singkat doang, menyebalkan. Aku kan ingin balasan setimpal dengan emoticon love!"     

"Tapi masih sayang kan sama saya?"     

Blush     

Azrell menepis tangan Leo, kini wajahnya yang tadi terlihat memerah menahan amarah sudah berganti menjadi memerah menahan perasaan geli yang menggelitik rongga dadanya. "Apa sih," ucapnya yang menentang dengan malu-malu pernyataan kebenaran yang di katakan Leo untuk dirinya.     

Sedangkan Leo? Laki-laki itu sudah terkekeh kecil. Kedua bola matanya tidak sengaja melirik ke arah wanita yang masih berada di sampingnya, namun seperti tidak risih dengan pembicaraan mereka.     

"Siapa?" tanya Azrell sambil menaikkan sebelah alisnya, ia melihat Leo seperti sedang berpikir setelah menoleh ke wanita yang berada di samping laki-laki tersebut.     

Leo mengangkat bahunya, "Entah." ucapnya. Hanya ada kalimat itu saja yang berada di kepalanya. Jadi ya seperti terkesan jawaban cuek, seolah-olah tidak ingin membahasnya.     

"Caffe Americano, Nona muda!"     

Grasak     

Grusuk     

Leo mengalihkan pandangannya kembali ke arah wanita yang berada di sampingnya ini, terlihat tubuhnya yang menegang dengan majalah yang ingin turun karena menutupi seluruh wajahnya. Entah kenapa, ia menaikkan alisnya kala melihat wanita itu yang mulai berjalan tanpa melihat apapun di hadapannya.     

"Ih kenapa gak diturunkan saja sih majalahnya? Atau dia sedang bermain petak umpet dengan seseorang?" tanya Azrell yang ikut heran.     

Leo bergeming, masih memperhatikan wanita itu. Baru setelah sampai kasir dan membelakangi dirinya, wanita itu melepas majalah tersebut dan seperti berbisik pada sang kasir. Dan ya, majalah itu sudah singgah dari wajahnya lalu dia berlari kecil untuk keluar dari sini.     

"Aneh," ucap Azrell sambil memutar kedua bola matanya. Ia membalikkan tubuhnya, lalu berjalan ke arah Leo untuk memeluk lengan kekasihnya.     

"Kamu mau kopi?" tanya Leo tiba-tiba. Ia sudah menghempaskan 'keanehan' yang juga di rasakan Azrell, namun ia malas untuk berpikir jauh. Mungkin saja wanita tadi sedang bersembunyi dari seseorang, ya jadi tidak perlu merasa jika wanita itu tengah menjauhi dirinya.     

Memang siapa yang ingin menjauhi seorang Leo? Tidak ada, bahkan para wanita ingin merapat ke tubuh kekarnya, sama seperti yang tengah di lakukan Azrell ini.     

Azrell menggelengkan kepala, lalu mendongak untuk menatap wajah Leo. "Tidak ingin ah, sepertinya aku sedang ingin minum soda?" ucapnya setelah menimang-nimang di kepalanya, minuman yang akan dirinya pilih untuk peneman makan siang pada hari ini.     

Menaikkan sebelah alisnya, Leo tentu saja merasa kurang setuju dengan pilihan soda yang diucapkan Azrell. "Bukannya kamu anti dengan soda? Bagaimana pola makan mu nanti?" tanyanya.     

"Ayolah aku belum minum soda selama setengah tahun ini, dan sekali minum saja pasti tidak masalah, iya kan?"     

"Baiklah, tapi kalau mengeluh diri mu gemuk esok harinya, saya tidak akan meladeni rengekan mu."     

Azrell terkekeh kecil. Entah kenapa menurutnya Leo sangat perhatian pada dirinya. Bahkan ia suka mengeluh untuk hal kecil pun laki-laki tersebut sangat hapal. Memang benar kalau dirinya ini anti dengan junk food, soda, dan beberapa makanan lainnya. Namun ya untuk merayakan keberhasilan menu makan sehatnya, dalam 6 bulan sekali ia harus mencicipi makanan yang di larang itu.     

"Tidak, janji!"     

"Janji atau tidak janji? Perjelas lagi kalimat mu,"     

"Memangnya apa yang kamu dengar? katakan."     

"Tidak janji,"     

"Yasudah kalau menurut mu seperti itu, berarti memang itu lah maksud ku."     

Leo yang mendengar ucapan Azrell pun merasa gemas. Bisa-bisanya dirinya di kecoh dengan kalimat yang tidak ada tanda koma saat di ucapkan itu. "Tapi saya serius, jangan mengeluh oke? Kalau kamu berani ambil keputusan, berarti kamu berani menerima konsekuensinya." ucapnya dengan tatapan dalam, masuk ke manik mata Azrell untuk memberitahukan pada wanita itu kalau dirinya benar-benar serius.     

"Caramel Macchiato, Tuan Luis!"     

"Pesanan saya sudah siap, ayo kita ke kasir." ucap Leo setelah pesanannya di sebut bersamaan dengan namanya.     

Mereka berjalan beriringan dengan Azrell yang masih bergelayut di lengan Leo. Sudah membayar dan tinggal mengambil, lalu mengucapkan terimakasih pada seorang kasir wanita yang berusaha bekerja dengan profesional walaupun dalam hati sedang menahan mati-matian untuk tidak menarik seorang Leo supaya mau foto bersama dengan dirinya.     

Mereka keluar dari kedai kopi ini, lalu mencari tempat makan yang menurut Azrell memiliki sajian burger yang paling enak. Tugas Leo mah hanya mengikuti kekasihnya, lalu membayar semua pengeluaran yang wanita itu lakukan. Selagi masih sanggup dan uangnya pun masih tetap mengalir, kenapa tidak membahagiakan orang yang tetap berada di sampingnya, iya kan?     

"Ayo kita kesana ya!" seru Azrell sambil menunjuk sebuah restoran di dalam pusat perbelanjaan.     

Leo menganggukkan kepalanya, merasa setuju dengan ajakan Azrell. "Yasudah, kita makan di sana." ucapnya dengan nada suara bariton yang terdengar tenang, ah sangat maskulin saat masuk ke dalam indra pendengaran Azrell.     

Lagi-lagi meleleh karena Leo.     

"Yeay, baik sekali Tuan CEO ku ini!"     

"Biar kamu senang kalau pacaran itu bukan hanya tentang hasrat, tapi kebahagiaan dengan harta juga patut untuk di rasakan."     

Azrell yang tahu persis bagaimana sifat Leo yang sangat bijak itu pun langsung saja hatinya terasa sangat lumer, seperti dessert coklat yang berada di restoran terkenal. Ia menampilkan sebuah senyuman.     

Berpacaran dengan Leo memang makan hari karena laki-laki itu super sibuk dengan segala urusan kantor yang memang tidak bisa di sepelekan, apalagi kalau sudah ada janji dengan para kolega besar, sudah pasti tidak dapat di ganggu gugat. Bahkan laki-laki tersebut jarang sekali memegang ponsel, sehingga jarang juga membalas semua pesan dan panggilan yang diluncurkan oleh dirinya. Tapi, kalau bertemu. Jangankan untuk di respon, di perlakukan semanis mungkin seperti seorang putri raja pun Leo sanggup tanpa pamrih sedikitpun.     

"Kamu memang laki-laki terhebat, aku sangat bangga punya kekasih seperti kamu."     

"Mana ada, yang paling hebat itu tuh superhero."     

"Iya, seorang Leonardo Luis itu adalah superhero dengan kekuatan uang yang berada di brangkas bank kota London."     

Leo terkekeh mendengar ucapan Azrell. Wanitanya ini memang terdengar matre secara terang-terangan. Namun memang itu kan kodrat wanita? Matre itu adalah hal yang wajar karena tugas laki-laki itu siap memenuhi apa yang diinginkan pasangannya. Ya kalau ada laki-laki yang mengatakan kalau ada wanita matre, itu salah. Dan kemungkinan besar, justru dirinya sendiri lah yang tidak berkecukupan uang atau bahkan memiliki sifat yang pelit.     

"Bisa banget ya rayu saya seperti itu,"     

"Bisa dong, memangnya apa sih yang gak bisa dilakukan sama Azrell?"     

Memang benar, Azrell termasuk wanita yang sudah memiliki sifat matang untuk menjalin rumah tangga. Pandai memasak, bahkan mengerjakan pekerjaan rumah secara mandiri pun bisa, dia juga wanita pekerja keras. Tapi satu yang kurang, tubuhnya sudah di gilir para laki-laki random yang berada di bar.     

Mereka mulai masuk ke dalam sana, lalu Azrell langsung memilih tempat yang hanya di peruntukan dua orang saja. "Biar aku yang pesan, dan kamu tunggu saja di sini ya sayang." ucapnya setelah berhasil menaruh segala barang yang di bawanya ke atas meja.     

"Tumben, biasanya aku yang pesan karena katanya kamu itu malas."     

"Tidak, mulai hari ini sudah berbeda." ucap Azrell sambil terkekeh kecil, jangan lupakan sebelah matanya yang berkedip genit.     

Leo memperhatikan Azrell yang sudah berjalan melenggang meninggalkan dirinya. Ia menatap postur tubuh wanitanya dari belakang, memang sangat menggoda sih. Tapi ia tidak berniat mengenalkan sang junior pada wanita yang sudah merasakan banyak tubuh laki-laki. Walaupun ia memang sudah tidak perjaka dan seorang duda, tapi ia ingin menjaga kualitas untuk jodoh yang tentunya juga memiliki kualitas sebanding.     

Ia mendaratkan bokongnya di atas kursi, lalu menghembuskan napas. Kira-kira berbelanja yang menurutnya ini hanya memakan waktu sebentar, ternyata lelah juga. Bahkan ia tidak sadar sudah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam pusat perbelanjaan.     

Melihat media sosial yang paling di gemari banyak orang termasuk dirinya untuk memposting segala bentuk kegiatan yang ia lakukan. Bersamaan dengan itu, salah satu notifikasi dari sekian banyaknya notifikasi di layar ponsel telah menyita perhatiannya semakin jauh.     

@feliaazwall started following you     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.